Selamat Datang di Website Resmi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta

Jakarta, 24 Mei 2025 – Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (FISH UNJ) menyelenggarakan seminar bertajuk “Deep Learning dalam Pendidikan Sosial: Perspektif Sejarah dan Geografi di Era Transformasi Digital” yang berlangsung dengan penuh antusiasme. Acara ini dipandu oleh MC Gina Aulia Putri, dan menghadirkan sejumlah tokoh akademik. 

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Tri Wandy Januar, M.Sc., yang diwakili oleh Sandi Alfiansyah, Ph.D. Disusul sambutan dari Dekan FISH UNJ, Bapak Firdaus Wajdi, M.A., Ph.D., yang menekankan pentingnya adaptasi dunia pendidikan terhadap perkembangan era digital. “Deep learning merupakan metode belajar komprehensif yang mengajak kita tidak sekadar menghafal, tetapi bergerak aktif dalam memahami makna,” ujar pak Firdaus.

Selanjutnya, Prof. Dr. Bapak Hafid Abbas memberikan arahan yang menyoroti tiga isu utama: tantangan sosial saat ini, Deep Learning dalam konteks transformasi sosial, serta kaitannya dengan pendidikan ilmu sosial. Dalam sesi materi, beliau menyampaikan paparan bertajuk “Deep Learning and Social Cohesion”, membahas bagaimana pembelajaran mendalam mampu memperkuat kohesi sosial di tengah masyarakat yang beragam.

Berikutnya, Sesi diskusi yang dipandu oleh Fajar Aditya Nugroho, menghadirkan tiga narasumber terkemuka: Prof. Ahmad Sya, Guru Besar Geografi FISH UNJ, menjelaskan pentingnya penerapan deep learning yang humanis dalam pembelajaran geografi untuk menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap kebutuhan masa depan. Prof. Dr. Achmad Husen, M.Pd., Guru Besar Ilmu Lingkungan dan Kewarganegaraan, membahas transformasi peran guru dalam mengimplementasikan pembelajaran mendalam, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Dr. Kurniawati, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Dosen Magister Sejarah UNJ, menguraikan bagaimana pendekatan Deep Learning memperkuat literasi sejarah, serta menekankan pada pemahaman konseptual seperti hubungan sebab-akibat dan konsekuensi dalam kajian sejarah.

Sesi tanya jawab berlangsung dinamis. Dosen dari Unindra, Jamaludin Akbar Alfarizi, mengangkat pertanyaan tentang hubungan antara Deep Learning dan filsafat serta dampaknya terhadap siswa jika kurikulum tidak sinkron dengan praktik di lapangan. Umi Kholisya menyoroti tantangan relasi digital antara dosen dan mahasiswa serta pentingnya kedekatan emosional dalam penerapan deep learning. Sementara itu, pertanyaan dalam kolom komentar Zoom oleh username La Mbeli Rajani menyoroti pendekatan contextual Deep Learning berbasis kearifan lokal di wilayah kepulauan seperti Maluku. Ia menekankan pentingnya pengembangan praktik keilmuan geografi yang kontekstual dan inklusif terhadap keberagaman budaya dan lingkungan Indonesia.

Setelah sesi utama, dilanjutkan talkshow inspiratif bersama tiga mahasiswa magister: Maulana Malik Ibrahim (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), Veronika Horohiung (Pendidikan Sejarah), dan Dewi Mutiarawati Suwarjo (Pendidikan Geografi), yang membagikan pengalaman dalam menerapkan pendekatan Deep Learning di bidang masing-masing.

Sebagai penutup, panitia mengadakan sesi kuis interaktif yang disambut meriah oleh peserta. Seminar ini membuktikan bahwa integrasi Deep Learning dalam pendidikan sosial bukan sekadar tren, melainkan keniscayaan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan transformatif di era digital.

Penulis : BFA dan SHM

Categories: Berita

en_USEN