Jakart, 23 Desember 2021 – Pada tanggal 11 Desember 2021, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, menggelar Webinar World Day Aids, dengan tema “Selamatkan Indonesia dari Ancaman HIV/AIDS”. Acara ini diisi oleh Master of Ceremony dari Duta Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, Nanda Fadhli dan Silvana Novitasari, serta moderator Naila Nurhaliza dan Nabilla Agustiani. Webinar ini dihadiri pembicara yang berpengalaman yaitu Amel Sani, M.I.kom, dr. Dewi Inong Irana, SpKK, FINSDV, FAADV dan Supriyanto Prasaga, MA.
Acara ini juga dihadiri oleh pimpinan fakultas, Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Sarkadi, M.Si, Wakil Dekan 1, Firdaus Wajdi, Ph.D, Wakil Dekan 2, Dr. Aris Munandar, M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Abdul Haris Fatgehipon, M.Si, dan Koor Prodi Fakultas Ilmu Sosial
Dalam penyampaian pemateri pertama, Amel Sani, M.I.Kom menjelaskan perbedaan HIV dan AIDS menurut pandangannya, HIV adalah virus, sedangkan AIDS adalah virus yang sudah ada penyakit penyertanya. Orang yang terkenal HIV/AIDS diharuskan untuk rutin meminum obat setiap hari, agar virus tersebut tidak menyebar. Obat bisa membuat virus pasif dan tidak banyak penyakit penyerta masuk kedalam tubuh. Biasanya orang yang terpapar virus HIV/AIDS, yang putus untuk meminum obat, badan akan terlihat lebih tua dan keriput, ini adalah salah satu efek jika tidak rutin minum obat.
Pada tahun 2016 yang berlokasikan di Gelora Bung Karno, Amel Sani membuat Social Experiment dimana membangun awareness tentang HIV/AIDS, yang bertujuan bahwa, orang yang terkena HIV/AIDS tidak berbahaya. Dalam Experiment tersebut, beberapa kali mendapatkan diskriminasi dari orang sekitar, seperti diabaikan. Tetapi tidak sedikit pula, orang yang men-support, seperti memberikan pelukan, bunga, makanan, dll.
Di lain kesempatan, Amel Sannie juga menggelar kegiatan mengajar ke sekolah di mana ditempati oleh anak-anak yang menderita HIV/AIDS. Ia melihat bagaimana semangat dari anak-anak untuk menjalankan hidupnya dengan mimpi yang luar biasa.
“Akutuh membangun percaya dirinya mereka. Akutuh pesan ke mereka, nih adik-adik walaupun kamu ada virus tapi itu ngga bisa mematahkan langkah kamu. Kamu tuh masih bisa berkarya, berprestasi, biarin aja orang-orang di luar sana mau bilang apa ke kalian. Dibuang buruk-buruknya, tapi kalo ada yang support kalian, kalian harus serap karena itu energi positif buat kalian” Ucap Amel Sannie, M.I.kom.
Pada pemaparan materi kedua yang dibawakan oleh dr. Dewi Inong Irana, SpKK, FINSDV, FAADV, menyampaikan bahwa banyak sekali penderita LSL (Lelaki Seks Lelaki) atau yang biasa dikenal dengan gay, saat melakukan beberapa penyuluhan. Banyak juga dari mereka para LSL melakukan pekerjaan demi mengais rezeki, dikarenakan mereka tidak mempunyai lapangan pekerjaan.
Gaya hidup tidak sehat berawal dari kebiasaan diri setiap individu. Kita sebagai individu harus mampu memilih kehidupan yang lebih baik demi menjaga kesehatan dan kebugaran diri. Gaya hidup tidak sehat dapat kita lihat seperti menggunakan narkoba, perilaku seks bebas, merokok, begadang, mengonsumsi junk food, mengonsumsi minuman beralkohol, kecanduan game online dan atau pornografi, dan kurang aktivitas fisik.
Belum ada obat yang dapat mematikan virus HIV/AIDS, hanya ada obat yang dapat menghentikan perkembangbiakan atau mem-pingsankan virus saja. Memang benar bahwa penderita HIV/AIDS penanganannya akan diurus oleh negara. Namun, hal ini tentunya tidak dapat dijadikan acuan karena bisa saja merugikan pengeluaran negara. Pada dasarnya, HIV/AIDS ini muncul karena sikap dan perilaku diri sendiri. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk menjaga dan merawat pola hidup sehat guna menghindari penyebaran HIV/AIDS.
Pada pemaparan materi ketiga yang disampaikan oleh Bapak Supriyanto Prasaga, disinyalir bahwa PENASUN (Pengguna Narkoba jalur Suntikan) cukup menghawatirkan di Indonesia berkisar 10,5% dan selebihnya sekitar 80,5% pengguna lainnya. Indonesia termasuk peredaran narkoba terbesar se-Asia tenggara.
Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah keseluruh lapisan masyarakat di wilayah Indonesia. Sasaran peredaran narkotika selain merambah ke tempat-tempat hiburan malam, juga sudah merambah ke daerah perumahan, apartemen, pemukiman masyarakat, kampus, sekolah, pasar, terminal, rumah kost-kostan dan lingkungan rumah tangga.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita melihat bahwa banyak orang-orang yang bertindak diluar norma/adab yang ada dan menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak dirinya (si pelaku) dan orang lain.
“jadi disini, kita memiliki tugas yang berat untuk ikut serta berpartisipasi dengan berbagai cara agar kita “jangan tertular dan jangan menularkannya.”” Ucap Bapak Supriyanto.
Adiza Resty Purwaningtyas, Lintang R, Selvi Sagita
Tim FIS Media Center