Jakarta, 28 Oktober 2024 – Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Jakarta baru saja melaksanakan acara Talent Show Duta Fakultas Ilmu Sosial 2025 dengan tema “Innovation and Tradition: Sustaining Jakarta’s Heritage in Digital Society.” Acara ini dilaksanakan bertempat di Aula lt. 9, Gedung Ki Hajar Dewantara, UNJ Kampus A. Talent Show Duta Fakultas Ilmu Sosial dibuat bertujuan untuk menyoroti kekayaan budaya Jakarta di tengah era digitalisasi yang terus berkembang, sambil menekankan pentingnya inovasi dalam menjaga tradisi bagi generasi muda. Talent Show dihadiri oleh para tamu undangan seperti Bapak Wakil Dekan III, Dr. Abdul Haris Fatgehipon, M.Si., keluarga finalis Duta Fakultas Ilmu Sosial 2025, Duta UNJ, Duta Fakultas Teknik, Duta Fakultas Bahasa dan Seni, serta para dewan juri.Acara dimulai pada pukul 12.00 dengan open gate dan registrasi yang dipimpin oleh tim panitia. Para tamu dan peserta disambut dengan ramah dan diarahkan menuju area utama untuk memulai prosesi acara. Acara dibuka dengan pembukaan MC oleh Salsabila dan Agung Setiawan dengan sambutan hangat untuk peserta dan tamu undangan. Dilanjutkan dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars UNJ sebagai wujud nasionalisme. Sambutan pertama diberikan oleh ketua pelaksana, Maulana Rosyidin dan dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan III, Dr. Abdul Haris Fatgehipon, M.Si.
Penampilan pertama dimulai dengan kelompok Lenggang Harmoni Betawi yang diisi oleh Sellia, Marsya, dan Zulvian. Penampilan mereka menggambarkan tentang Seorang perempuan yang suka menari dengan penuh percaya diri di depan kamera, lalu berontak dengan tegas saat seorang menyindirnya, menyatakan bahwa ia berhak atas kebebasannya sendiri. Penampilan kedua dari kelompok Simfoni Budaya Betawi yang diisi oleh Tanaya, Taufik, dan Anugrah. Penampilan mereka menggambarkan seorang pemuda pemain gitar, kolektor musik jadul, dan anak muda perempuan. Mereka mencoba membuktikan kemampuan seorang pemuda tersebut untuk memainkan alat musik gitarnya melalui lagu klasik di toko piringan hitam milik seorang kolektor, hal ini menginspirasi agar generasi muda melestarikan musik budaya.Penampilan yang tidak kalah keren di berikan oleh kelompok Betawi Lestari in Digital Era yang diisi oleh Estherald, Azalea, dan Hafizul. Mereka memberikan cerita mengenai keluarga betawi yang berjuang berdagang pakaian di pasar, akhirnya menemukan keberuntungan setelah anak perempuan mereka viral menari di media sosial. Hal tersebut membuka peluang rezeki melalui jualan online. Cerita ini mengajarkan bahwa ketekunan dan adaptasi di era digital dapat membawa jalan keluar di tengah kesulitan.Penampilan kelompok Jakarta Culture Show menjadi penutup yang apik, kelompok ini terdiri dari Jasmine, Rafly, dan Rendy. Mereka memberikan cerita tentang seorang pemuda yang tak terima budaya betawi dihina, pemuda ini mencoba membela dengan puisi tentang kekayaan budayanya. Hal ini membuat orang lain yang tadinya tidak menghargai menjadi menghargai dan bangga pada warisan betawi. Dengan cerita ini mengajarkan bahwa mempertahankan budaya dengan cara kreatif bisa mengubah pandangan orang lain.
Setelah penampilan berlangsung, sambil menunggu para dewan juri memberikan penilaian para perwakilan duta memberikan kesan dan pesan serta harapan singkat untuk Duta Fakultas Ilmu Sosial. Selanjutnya, pemberian kesan pesan oleh para dewan juri yang disampaikan oleh Silvana Novita Sari, Muhammad Raihan, dan Moneta Apriliani. Serta pemberian sertifikat dan goodie bag yang diserahkan oleh Maulana selaku ketua pelaksana. Tidak lupa dengan opening number dan catwalk yang dilakukan oleh para finalis Duta Fakultas Ilmu Sosial 2025 serta pengumuman best talent putra dan putri, yang dimenangkan oleh Hafizul Akbar dan Jasmine Patricia. Selanjutnya, acara ditutup dengan foto bersama dari para finalis Duta Fakultas Ilmu Sosial bersama para keluarga serta kerabat yang mrnghadiri acara Talent Show. Melalui acara ini, Fakultas Ilmu Sosial berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk terus mengapresiasi dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya budaya betawi, dalam keseharian mereka, sehingga tradisi yang telah ada tetap hidup dan relevan di era digital.
Penulis: MAHN dan MRL
Editor: WPS
Tim Fis Media Center