
Jakarta, 14 Desember 2024 – Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah (MGMP Sejarah) Provinsi DKI Jakarta mengadakan seminar bertajuk Deep Learning dalam Pembelajaran Sejarah bertempat di Fakultas Ilmu Sosial & Hukum, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan metode pembelajaran mendalam (deep learning) guna meningkatkan efektivitas pengajaran sejarah di tingkat SMA.
Seminar ini menghadirkan narasumber Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ, Dr. Kurniawati, M.Si., Dosen Pendidikan Sejarah UNJ, serta dimoderatori oleh Hery Yantini, M.Pd., Guru Sejarah dari SMAN 57. Acara ini juga dihadiri oleh Dr. Abrar, M.Hum., selaku Koordinator Program Studi Magister Pendidikan Sejarah. Acara dibuka dengan menyanyikan Indonesia Raya serta doa, diikuti oleh sambutan dari Ketua MGMP, Zia Ulhaq, M.Pd., dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ, Firdaus Wajdi, M.A., Ph.D.
Dalam pemaparannya, Kurniawati menjelaskan bahwa deep learning merupakan pengembangan dari konstruktivisme yang berakar pada teori kognitivisme. Ia juga menyoroti pentingnya literasi sejarah dan bagaimana siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis mereka melalui sejarah sebagai sarana pengembangan keterampilan berbicara dan berpikir kritis. Ia menjelaskan bahwa sebagai pengajar harus menerapkan tiga basic ajar yaitu mindfull, meaningfull, dan joyfull supaya pembelajaran sejarah terasa tidak membosankan. Selain itu juga guru harus membandingkan peristiwa lampau dengan peristiwa sekarang supaya lebih relateable supaya mudah diterima dengan generasi saat ini.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa isu penting dibahas, termasuk cara meningkatkan literasi sejarah di kalangan siswa, strategi menghadapi pertanyaan bias dari siswa, serta cara mengembangkan bahan ajar yang komunikatif dan variatif. Salah satu peserta menanyakan bagaimana guru baru bisa menjawab semua pertanyaan siswa dengan efektif. Kurniawati menjawab bahwa guru harus terus belajar dan menyesuaikan pola pembelajaran dengan karakteristik siswa yang merupakan digital native.
Para peserta juga membahas tantangan dalam menciptakan bahan ajar yang variatif serta sumber yang tersedia, khususnya untuk siswa SMK yang lebih kinestetik. Kurniawati menyarankan agar guru menerapkan metode berbasis learning by doing untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sejarah. Dr. Abrar juga membahas isu mengenai Kurikulum Merdeka yang menuntut pemahaman konseptual dan esensial dalam sejarah. Ia menekankan bahwa pemahaman dasar sejarah harus tetap dikuasai agar siswa dapat memahami keterkaitan antara masa lalu dan masa kini dengan lebih baik.
Dalam sesi sharing, para peserta sepakat bahwa literasi guru sejarah harus terus ditingkatkan agar dapat lebih kreatif dalam menghadapi siswa yang semakin kritis. Selain itu, penting bagi guru untuk membangun kesan yang kuat dalam setiap pembelajaran, sehingga siswa dapat mengingat esensi sejarah bahkan setelah mereka lulus. Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas pendidikan sejarah di Indonesia.
Penulis: MAHN Editor: WPS Tim Fish Media Center