JAKARTA (19/03/2022),  Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta menggelar Seminar Nasional Bela Negara 2022 dengan tema “Bela Negara Bagi Generasi Muda Pada Masa Pandemi Covid-19” pada tanggal 19 Maret 2022. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid di Aula Latief GDS Lantai 2 dan melalui platform Zoom Meetings.

Seminar nasional bela negara 2022  diawali dengan sambutan dan laporan dari Dekan FIS UNJ Prof. Dr. Sarkadi, M.Si. Beliau menyampaikan bahwa konsep bela negara yang sebenarnya bagi mahasiswa adalah berprestasi sesuai bidangnya baik prestasi akademik maupun non-akademik. Acara ini merupakan program dari universitas yang kemudian dilaksanakan oleh fakultas, program ini sudah dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai upaya pemerintah dalam menanamkan kesadaran, kecintaan, rasa saling memiliki serta pembelaan mahasiswa terhadap negara. “Jadi disiplin, penanaman diri, tertib, taat hukum, memiliki karakter yang kuat itu adalah esensi dari bela negara. Ketika mahasiswa memiliki konsep-konsep seperti itu tentang bela negara yang sebenarnya, maka insyaallah akan menjadi harapan bagi bangsa Indonesia kedepan bahwa generasi muda memiliki karakter-karakter yang baik.” Beliau juga berharap Fakultas Ilmu Sosial UNJ dapat menginspirasi fakultas-fakultas lain dan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang serupa dengan kegiatan seminar nasional bela negara sehingga target Indonesia untuk mencapai generasi emas pada tahun 2045 dapat terjadi dan karena konsep bela negara ditanamkan mulai hari ini dan seterusnya di Fakultas Ilmu Sosial dan umumnya di Universitas Negeri Jakarta.

Kemudian Wakil Rektor III UNJ Dr. Abdul Sukur, S.Pd., M.Si. memberikan sambutan sekaligus membuka acara seminar nasional bela negara 2022 secara daring. Dalam sambutannya, Dr. Abdul Sukur, S.Pd., M.Si. berharap kepada seluruh peserta khususnya para mahasiswa sebagai generasi muda untuk menjadi garda terdepan dalam menjawab setiap permasalahan bangsa. “Mari kita terus perkokohkan tali persatuan dan kesatuan, saling membantu, saling menolong, dan saling gotong royong, serta selalu optimis dalam menghadapi setiap tantangan yang menghadang. Kekurangan dan kelemahan harus sama-sama kita perbaiki, mari kita tanamkan semangat bela negara dalam diri kita untuk memperkuat NKRI yang kita cintai,” ucap Dr. Abdul Sukur, S.Pd., M.Si..

Seminar Bela Negara 2022 mengundang  Wakil Gubernur DKI Jakarta , Ir. H. Ahmad Riza Patria, M.B.A untuk memberikan keynotespeech. Beliau menyampaikan bahwa bela negara merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa pengecualian setiap bangsa yang berkembang dan terus melakukan perubahan tentu diiringi oleh perubahan ancaman yang menuntut kepekaan beradaptasi. Ancaman yang berbeda tentu saja mempengaruhi wujud dari bela negara. Jika dulu bela negara dilakukan dengan fisik, maka saat ini khususnya generasi muda bisa melakukan perjuangan non fisik. Adapun wujud bela negara non fisik dapat diartikan sebagai upaya berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial, maupun peningkatan kesejahteraan bangsa.”

Sebelum memasuki sesi pemaparan materi oleh para pembicara, Prof. Dr. Sarkadi, M.Si. memberikan plakat kepada para pembicara serta melakukan foto bersama dengan para pembicara maupun dengan para dosen Fakultas Ilmu Sosial yang hadir di seminar nasional bela negara secara luring. Setelah sesi foto bersama, dilanjutkan dengan inti acara seminar nasional bela negara 2022 yaitu pemaparan materi oleh pembicara yang dimoderatori oleh Dr. Yasnita, S. Pd., M.Si selaku Dosen Program Studi PPKN FIS UNJ.

Para pembicara dalam seminar ini yakni Dr. Andy Hadiyanto, MA selaku Kepala Pusat Pengembangan Karakter UNJ, Marsma TNI dr. F. Sukma W., Sp.S., M.Kes. selaku Dosen Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan, Kolonel TNI Dr. Heriyadi, M.Si. selaku Inspektorat Mabes TNI, Brigjen Pol. Drs. Richard M Nainggolan, M.M. M.B.A. selaku Direktur Peran Serta Masyarakat BNN, serta Prof. Dr. Mohammad Najib selaku Wakil Ketua Umum ICMI.

Materi pertama diisi oleh Prof. Dr. Mohammad Najib. Prof. Dr. Mohammad Najib memaparkan mengenai bagaimana peran generasi muda sebagai kaum intelektual dalam negara. Menurut Prof. Dr. Mohammad Najib, bela negara sama halnya dengan ikatan rumah tangga. Artinya, ketika suatu negara sudah mendeklarasikan kemerdekaannya dan membentuk konstitusi, maka semua pihak dalam sebuah negara memiliki hak dan kewajiban, dan kewajiban warga negara adalah menjaga, mempertahankan, melestarikan, mengembangkan, dan menghidupkan negaranya.

“Di dalam pasal terkait dengan bela negara itu sudah sangat jelas bahwa setiap warga negara berkewajiban untuk melakukan bela negara. Nah, jadi bela negara adalah memang suatu kewajiban, suatu keharusan, suatu keniscayaan. Tidak boleh ada unsur atau komponen apapun yang ada di dalam itu yang tidak terlibat dalam bela negara,” ucap Prof. Dr. Mohammad Najib. Prof. Dr. Mohammad Najib turut membahas mengenai Indonesia Emas tahun 2045 yaitu tantangan-tantangan yang telah dirumuskan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) dan kewajiban seorang warga negara yang telah disepakati oleh para elit bangsa diantaranya adalah bagaimana seorang warga negara menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan oleh negara sebagai penutup dari pemaparan materinya.

Dr. F. Sukma W., Sp.S., M.Kes. mengisi materi kedua secara daring dan membahas mengenai bagaimana menguatkan psikososial pemuda di masa pandemi Covid-19. Sebagai pembuka materi, dr. F. Sukma W., Sp.S., M.Kes. mengatakan, “Perubahan yang secara global ini, membuat Indonesia harus berperan aktif dalam menanggulangi segala macam aspek yang dapat membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik atau ke arah buruk.” Beliau juga turut menyatakan bahwa bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi generasi milenial dalam menghadapi tantangan yang semakin berat untuk berhadapan dengan era 4.0 dan menjawab AGHT baik secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk peran aktif generasi milenial pada era 4.0 dan menghadapi bioterorisme adalah sebagai influencer dalam mengedukasi melalui media sosial kepada masyarakat Indonesia dengan pemahaman dan pengertian tentang bagaimana penggunaan media sosial yang benar dan tidak menyesatkan.

Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Heriyadi, M.Si., dengan topik yang ia bawakan yaitu bela negara bagi generasi muda di era digital dan pandemi Covid-19, serta prediksi ancaman dan partisipasi publik. Beliau mengatakan bahwa berpikir strategis adalah berpikir antisipatif. “Ahli sejarah mengatakan sejarah itu bukan masa lalu, tetapi bagian dari masa depan, itulah berpikir strategis” ucap Dr. Heriyadi, M.Si.. Materi yang beliau sampaikan didasarkan pada materi yang ia dapatkan dari pendidikan militer juga dari pengalaman militernya.

Ancaman keamanan negara, tidak lagi hanya terkait dengan ancaman fisik (militer) namun juga ancaman non-fisik. Terdapat perkembangan dalam berperang yang kemudian dikenal sebagai “Seni Berperang”, hal ini kemudian banyak direkonstruksi oleh berbagai ahli seperti ahli ekonomi. Dahulu orang melihat secara sederhana bahwa ancaman merupakan ancaman fisik militer. Namun, saat ini sudah tidak lagi perihal ancaman fisik melainkan ancaman mengenai ketersediaan pangan, keuangan, wabah, narkoba, kesehatan, pengungsian, pendidikan, lapangan kerja, dan ancaman terhadap hak-hak pribadi lainnya. Di era saat ini sudah banyak sekali dikenal yang namanya content creator, hal ini juga dapat dijadikan media dalam menyebarkan pentingnya bela negara. Dalam menghadapi tantangan kehidupan, kapabilitas individu yang paling utama adalah berakhlak atau memiliki karakter yang baik. Realisasi dari moral yang baik dapat dilihat melalui pribadi yang jujur, ramah, tangguh, tabah, ulet, dan etos.

Narkotika sebagai ancaman nasional bagi generasi muda adalah materi selanjutnya yang dibawakan oleh Brigjen Pol. Drs. Richard M. Nainggolan, M.M. M.B.A.. Jika berbicara mengenai kejahatan yang terjadi di negara Indonesia ini, terdapat tiga kejahatan extraordinary crime yaitu korupsi, teroris, dan narkoba. Brigjen Pol. Drs. Richard M. Nainggolan, M.M. M.B.A. menganalogikan tiga kejahatan ini pada sebuah pohon. Teroris dianalogikan berada pada pohonnya, korupsi berada pada buahnya, dan narkoba berada pada akar pohon tersebut.

Orang-orang yang pertama kali menggunakan narkoba adalah keputusan sukarela (dilakukan dengan sadar), tetapi orang-orang yang sudah berulangkali menggunakan adalah berubahnya pada sistem otak mereka (tubuhnya sudah menuntun perbuatan tersebut). Peran mahasiswa dalam penanggulangan narkoba dapat dilakukan dengan menunjukkan kepribadian yang baik dan akhlak yang terpuji, Agent of Change, Guardian of Value, mencerminkan nilai karakter yang baik, Social Control dalam war on drugs, guna mewujudkan Kampus Bersinar (Bersih Narkoba) dan bela negara terhadap ancaman nasional.

Dr. Andy Hadiyanto, MA. menjadi narasumber terakhir sekaligus penutup materi dengan topiknya yaitu kegiatan kemahasiswaan di masa pandemi Covid-19. “Yang kami anggap penting dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan tersebut adalah paradigma keagamaan (cara berpikir dan nalar keagamaan)” ucap Dr. Andy Hadiyanto, MA.

Realisasi bela negara melalui penguatan moderasi beragama dapat diwujudkan melalui keseimbangan. Keseimbangan antara jasmani, keseimbangan antara pemikiran, dan keseimbangan antara rohani. Pendidikan diusahakan untuk meningkatkan tiga aspek tersebut, dan tidak timpang. Penguatan agama inilah yang menjadi basis utama dalam penguatan paradigma berpikir anak muda, yang kemudian digunakan dalam bela negara.

Pemaparan materi yang disampaikan oleh ke-lima pembicara ditutup dengan sesi tanya jawab oleh peserta dari Zoom Meetings maupun peserta yang hadir langsung pada ruangan seminar tersebut.

Harapan Dr. Abdul Haris F., M.Si. melalui acara ini adalah menemukan kesadaran mencintai akar budaya kehidupan sosial bangsanya, sehingga mereka merasa memiliki. Rasa memiliki ini yang menjadi landasan guna budaya yang telah dimiliki tidak akan dirampas oleh asing. Pendidikan bela negara ini bukan hanya sebuah doktrin, tetapi ilmu pengetahuan atau sesuatu yang harus kita tanamkan. “Maksud dan tujuan dari Seminar Bela Negara 2022 adalah untuk menguatkan karakter kebangsaan, khususnya kepada generasi muda agar dapat berkiprah di masyarakat dengan membawa nilai-nilai luhur dan kebangsaan bangsa Indonesia.  Hal ini senada dengan harapan Dr. Dini Safitri, M.Si. selaku Koorprodi Ilmu Komunikasi sekaligus ketua pelaksana “dengan mengikuti kegiatan ini, peserta dapat mempertahankan integritas, identitas dan kelangsungan hidup bangsa serta negara dengan cara mengembangkan kekuatan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia berdasarkan wawasan nusantara disegenap aspek dan dimensi kehidupan.”

Ramdhani selaku mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus peserta Seminar Nasional Bela Negara 2022 menilai bahwa Acara Seminar Nasional Bela Negara yang diadakan FIS sangat baik dan juga bermanfaat bagi dirinya sebagai mahasiswa, karena menambah wawasan serta ilmu pengetahuan di ranah Bela Negara, semua orang jadi tahu bahwa bela negara tidak hanya dalam ranah militer/peperangan. Penyajian materi dan penjelasan yang dibawakan juga sangat baik.

Acara yang diikuti oleh hampir seribu peserta ini berjalan lancar. Para peserta antusias mengikuti acara dan aktif memberikan pertanyaan kepada para pembicara.  Acara pun berakhir pada pukul 14. 00 ditutup oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unj.

ARP, DRD, SS, WPS

Tim FIS Media Center

Kategori: Berita