
Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “UNESCO in Ancient Egypt” yang dihelat di Aula Bung Hatta pada Rabu, 7 Mei 2025. Acara ini menghadirkan narasumber istimewa, Prof. Khaled El-Anany, kandidat asal Mesir untuk jabatan puncak UNESCO periode 2025–2029.
Kuliah umum ini menjadi momentum intelektual yang memperkaya pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai peradaban Mesir Kuno dan kaitannya dengan psikologi Islam. Dalam paparannya, Prof. El-Anany menyoroti bagaimana bangsa Mesir Kuno telah jauh hari mengenal sistem pengetahuan terstruktur—dari matematika, arsitektur, astronomi, hingga kedokteran. Ia juga mengangkat nilai-nilai luhur seperti keadilan sosial, penghormatan terhadap perempuan, pelestarian budaya, serta penghargaan terhadap keberagaman dan lingkungan sebagai bagian integral dari kebudayaan mereka.
Prof. El-Anany menjelaskan bahwa pencapaian intelektual Mesir Kuno bukan sekadar artefak sejarah, tetapi merefleksikan kesadaran spiritual dan sosial yang holistik, selaras dengan visi UNESCO dalam membangun perdamaian melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Dari sudut pandang psikologi Islam, kuliah ini memberikan ruang refleksi mendalam bagi mahasiswa. Nilai-nilai yang dibawa peradaban Mesir Kuno—seperti pencarian ilmu, keseimbangan hidup, dan harmoni sosial—sejalan dengan konsep-konsep utama seperti fitrah, tazkiyatun nafs, dan pendidikan ruhaniyah (tarbiyah ruhaniyah). Sebagaimana disampaikan dalam diskusi, pembelajaran sejarah bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk memperkuat identitas spiritual dan membangun tanggung jawab moral dalam pengembangan ilmu dan peradaban masa kini.
“Stadium general ini membuka cakrawala berpikir kami tentang pentingnya menghargai sejarah peradaban lain sebagai bagian dari refleksi diri dan peneguhan nilai-nilai Islam,” ujar Girllis Nurrukhyati Ramdanis Sadiyah, salah satu mahasiswa peserta.
Prof. El-Anany juga menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya menekankan transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan etika global. Ia menyampaikan tantangan masa depan yang dihadapi umat manusia—mulai dari perubahan iklim, etika kecerdasan buatan, pelestarian biodiversitas, hingga penguatan literasi digital dan penghormatan terhadap hak asasi manusia—dan menekankan peran pendidikan sebagai kunci menghadapi kompleksitas tersebut.
Dalam konteks psikologi Islam, nilai-nilai seperti keadilan, inklusi sosial, tanggung jawab ekologis, dan pencarian ilmu menjadi landasan penting dalam pembentukan insan kamil. Seminar ini menyimpulkan bahwa sintesis antara nilai-nilai peradaban kuno dan prinsip-prinsip Islam dapat menjadi pondasi bagi sistem pendidikan yang utuh—mengintegrasikan kecanggihan intelektual dengan kedalaman spiritual.
Pelibatan mahasiswa dalam kuliah umum ini menjadi salah satu bentuk komitmen Prodi PAI UNJ dalam memperkuat wawasan global mahasiswa, sekaligus mengintegrasikan ilmu sejarah, psikologi, dan nilai-nilai Islam dalam konteks pendidikan modern dan berkelanjutan.
