Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Jakarta kembali membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi pembelajar global. Salah satu mahasiswa terbaiknya, M. Dzaky Zaidan, mendapat kesempatan emas untuk mengikuti International Student Mobility Program ke tiga negara ASEAN: Singapura, Malaysia, dan Thailand pada 13–18 Mei 2025.
Program ini merupakan bentuk kolaborasi internasional yang melibatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dan perguruan tinggi, termasuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Trunojoyo Madura. Partisipasi Dzaky menegaskan bahwa mahasiswa PAI tak hanya unggul dalam wawasan keislaman, tetapi juga adaptif terhadap dinamika global lintas budaya.
Dalam kunjungan ke National University of Singapore (NUS)—kampus terbaik Asia—Dzaky dan peserta lain diajak menyaksikan bagaimana perguruan tinggi global membangun sistem pendidikan yang inovatif, kolaboratif, dan inklusif. Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang reflektif bagi mahasiswa PAI untuk melihat relevansi pendidikan Islam dalam tatanan dunia modern.

Dzaky juga sempat berdialog dengan akademisi dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), menjalin koneksi lintas negara, dan belajar tentang keberagaman spiritual di Batu Caves serta White Snake Temple di Thailand. Kehadiran mahasiswa PAI dalam ruang-ruang plural tersebut merupakan bukti nyata implementasi nilai-nilai moderasi dan toleransi yang menjadi ciri khas Prodi PAI UNJ.
Kegiatan ini menjadi cermin visi Prodi PAI untuk mempersiapkan lulusannya sebagai pendidik Islam berwawasan global, beretika, dan berpemikiran maju. Dzaky sendiri mencatat bahwa pengalaman ini tidak hanya membuka cakrawala pemikirannya, tetapi juga membentuk karakter sebagai warga dunia yang siap memberi kontribusi
Prodi PAI UNJ terus mendorong mahasiswanya untuk aktif dalam forum internasional dan mobilitas akademik lintas negara. Upaya ini sejalan dengan misi fakultas dan universitas untuk mencetak lulusan yang mampu menjadi penggerak perubahan di tingkat lokal dan global.
Dengan semangat ini, Dzaky bukan hanya mewakili kampus, tetapi juga menunjukkan bahwa mahasiswa PAI mampu berdiri sejajar dengan mahasiswa dari berbagai negara—menjadi representasi Islam yang terbuka, toleran, dan progresif.
