Jakarta, 2 Oktober 2025 — Suasana hangat menyelimuti Ruang Pertemuan Lantai 4 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis siang. Di ruang itu, dua fakultas besar—Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah—bertemu untuk merajut langkah baru kerjasama akademik. Pertemuan ini menghadirkan energi kolaboratif yang memadukan semangat riset, pertukaran pengetahuan, dan visi besar membangun jejaring keilmuan lintas disiplin.
Acara dimulai dengan sambutan dari pihak Ushuluddin yang menekankan keterbukaan terhadap segala bentuk kerjasama. Dekan Ushuluddin menyoroti peluang besar yang sedang dipersiapkan, yakni konferensi internasional di Uzbekistan, berlokasi di kompleks makam Imam Bukhari. Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang kolaboratif untuk menggali riset-riset strategis dari perspektif yang lebih luas, melibatkan kajian keislaman sekaligus ilmu sosial. Harapannya, konferensi besar itu tidak hanya menjadi ajang akademik internasional, tetapi juga simbol penyatuan kekuatan ilmu yang berbeda latar belakang.
Dekan FISH UNJ kemudian memperkenalkan Prodi Pendidikan Agama Islam yang berada di bawah naungannya, termasuk sejarah pendirian dan capaian akreditasi. Ia menegaskan bahwa meskipun MoU antara UNJ dan UIN sudah ada di tingkat universitas, kini saatnya kolaborasi diturunkan dalam bentuk kerja nyata antar-fakultas. Harapan besar pun disampaikan, agar segera lahir MoA yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan bersama di tahun ini. Undangan kepada UIN untuk menghadiri seminar nasional yang telah dijadwalkan turut dilontarkan sebagai langkah awal mempererat hubungan.
Suasana kemudian mencair dalam diskusi yang lebih ringan, namun penuh substansi. Pihak Ushuluddin menyatakan keterbukaan untuk bertukar tulisan, memperkuat kolaborasi jurnal, hingga berbagi narasumber dalam berbagai forum ilmiah. Kaprodi Aqidah Filsafat bahkan menekankan pentingnya mempercepat program dosen tamu pada mata kuliah-mata kuliah yang memiliki irisan dengan PAI UNJ, karena hal ini akan berdampak langsung pada pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) kedua fakultas. Dari sisi riset, Dekan Ushuluddin menyoroti peluang pendanaan LPDP yang selama ini banyak belum terserap, yang dapat dimanfaatkan untuk riset kolaboratif lintas perguruan tinggi dengan tema-tema strategis.
Dekan FISH UNJ menyambut gagasan tersebut dengan optimisme. Ia menegaskan bahwa dokumen kerjasama di UNJ sudah disiapkan secara ketat mulai dari MoU, MoA, hingga Implementation Agreement (IA). Untuk langkah dekat, ia memohon kesediaan Dekan Ushuluddin menjadi narasumber dalam seminar nasional. Ia juga membuka kesempatan kolaborasi dalam penulisan Book Chapter internasional yang tahun ini akan dirilis, dengan penulis utama berasal dari California, Amerika Serikat. Kesempatan ini, menurutnya, terbuka luas bagi para akademisi yang ingin berkontribusi.
Kesepakatan praktis pun segera tercapai. Dosen tamu direncanakan akan mulai berjalan pada November mendatang, dengan dua kali pertemuan yang sudah disiapkan. Di samping itu, penelitian bersama berbasis Litapdimas dan BIMA juga disepakati untuk digarap secara silang, memperkuat jejaring riset antar-kampus.
Pertemuan ini tidak sekadar seremoni, melainkan penegasan bahwa sinergi antara ilmu sosial dan ilmu keislaman mampu melahirkan inovasi akademik yang berdampak luas. UNJ dan UIN menunjukkan komitmen bahwa kolaborasi lintas disiplin bukan hanya memungkinkan, tetapi juga sangat diperlukan. Dari seminar nasional, konferensi internasional, dosen tamu, pengelolaan jurnal, hingga penulisan buku bersama, semua membuka jalan menuju cita-cita besar: menghadirkan ilmu pengetahuan yang lebih relevan, inklusif, dan berdaya guna bagi masyarakat.
Pada akhirnya, kolaborasi ini adalah langkah kecil menuju impian besar—membangun peradaban melalui integrasi ilmu. Ketika ilmu sosial dan keislaman bertemu dalam semangat sinergi, maka lahirlah peta jalan baru untuk perguruan tinggi Indonesia yang tidak hanya berkualitas di dalam negeri, tetapi juga diakui di panggung dunia.
