Jakarta – Oktober 2025 menjadi bulan penuh makna bagi keluarga besar Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam satu rentang perjalanan akademik, para dosennya menapaki jejak kolaborasi dari Sumatera Barat hingga Malaysia, membawa semangat sinergi, keilmuan, dan moderasi beragama lintas batas.
Perjalanan ini dimulai di Universitas Negeri Padang (UNP), di mana tim dosen PAI UNJ yang terdiri dari Dr. Sari Narulita, Dr. Rihlah Nur Aulia, dan Mushlihin, M.A., diterima langsung oleh Dr. Alfurqan, Kaprodi PAI UNP. Pertemuan hangat tersebut bukan sekadar silaturahmi akademik, melainkan ruang berbagi ide dan gagasan tentang penguatan manajemen jurnal, inovasi riset, serta potensi kolaborasi dosen dan mahasiswa antarprodi. Dalam kesempatan itu, Dr. Rihlah Nur Aulia menjadi dosen tamu di kelas Pembelajaran PAI di Sekolah, memberikan wawasan baru kepada mahasiswa tentang praktik pendidikan Islam yang relevan dengan kebutuhan zaman. Mushlihin MA pun menjadi dosen tamu dikelas di mata kuliah Serjarah Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. M Yemmardhotillah dengan menekankan perbedaan kajian pendidikan di timur tengah dan barat.
Di hari yang sama, Dr. Sari Narulita dan Mushlihin, M.A. berperan sebagai penguji eksternal seminar proposal mahasiswa, menguji Divsi Aprilia Nudri yang meneliti tentang efektivitas metode Wahdah dan Takrir dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an. Aktivitas akademik ini menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas kampus memperkaya perspektif mahasiswa dan memperkuat jejaring akademik nasional.
Dari Padang, langkah inspiratif berlanjut ke Madrasah Diniyah Putri Padang Panjang, lembaga pendidikan perempuan legendaris yang telah menjadi mercusuar pencerahan bagi kaum wanita. Diterima hangat oleh perwakilan pimpinan Perguruan Diniyah Putri, Ustadz Fauzi Fauzan dan Ustadzah ervini, kunjungan ini membuka ruang refleksi yang mendalam. Di sekolah yang sarat nilai kasih dan kesadaran, para dosen PAI UNJ menemukan model pendidikan berbasis rahmah (kasih sayang), di mana karakter dibentuk bukan dengan hukuman, tetapi dengan kesadaran diri dan cinta terhadap ilmu.
“Sekolah ini menunjukkan bahwa pendidikan perempuan bukan sekadar memberi hak belajar, tetapi menumbuhkan kesadaran menjadi dirinya sendiri—sebagai ibu, sahabat, dan pelaku perubahan,” ujar Dr. Sari Narulita dengan mata berbinar. Di tengah ruang yang penuh senyum siswi Diniyah, nilai-nilai rahmah dan kesetaraan terasa hidup dan nyata.
Perjalanan keilmuan lalu berlanjut ke Kuala Lumpur, Malaysia, tepatnya di INHART (International Institute for Halal Research and Training), International Islamic University Malaysia (IIUM). Diterima oleh Assoc. Prof. Dr. Betania Kartika Muflih, tim PAI UNJ menjajaki kerjasama internasional yang meliputi pertukaran dosen tamu, penyelenggaraan seminar internasional bersama, serta pengembangan riset kolaboratif lintas negara.
Dalam suasana dialog akademik yang penuh semangat, hadir pula Arya, mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi S2 Marketing di IIUM. Dengan rendah hati ia menegaskan, “Bahasa asing bukan sekadar alat komunikasi, tapi jembatan menuju dunia.” Kalimat itu menjadi refleksi bagi para dosen bahwa internasionalisasi pendidikan tidak sekadar tentang kolaborasi, tetapi juga kemampuan menjembatani budaya dan bahasa.
Tiga destinasi, satu napas. Dari UNP Padang yang hangat dengan kolaborasi ilmiah, Diniyah Putri Padang Panjang yang menebar cinta dan kesetaraan, hingga INHART IIUM yang membuka cakrawala global — perjalanan ini menjadi simbol transformasi PAI UNJ menuju kampus yang inklusif, kolaboratif, dan berkelas dunia.
Langkah dosen PAI UNJ ini bukan sekadar perjalanan fisik lintas kota dan negara, tetapi perjalanan nilai: dari silaturahmi menuju sinergi, dari kolaborasi menuju kontribusi. PAI UNJ sedang menulis bab baru — bab tentang pendidikan Islam yang berakar pada nilai lokal, namun menjulang di panggung global.
