Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Jakarta kembali menorehkan langkah inspiratif melalui kegiatan Praktisi Mengajar pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum, Senin 6 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa angkatan 2024 kelas A, B, dan C, di bawah bimbingan tiga dosen pengampu: Dr. Rihlah Nur Aulia, Mushlihin, M.A., dan Suci Nurpratiwi, M.Pd.
Program ini dirancang bukan sekadar sebagai perkuliahan biasa, tetapi sebagai ruang hidup bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana kurikulum dibangun dari realitas, dikelola dengan data, dan dihidupkan oleh nilai-nilai Islam. Mahasiswa diajak tidak hanya membaca teori, tetapi juga menelusuri bagaimana kurikulum PAI dirancang secara kontekstual di berbagai lembaga pendidikan modern.
Kegiatan ini di isi oleh Assoc. Prof. Dr. Betania Kartika Muflih dari International Islamic University Malaysia (IIUM), yang berbagi pengalaman lintas benua dalam merancang dan mengembangkan kurikulum Islam modern. Ia menekankan bahwa setiap pendidik dan pengembang kurikulum sejatinya adalah khalifah ilmu — pemegang amanah untuk menuntun manusia menuju nilai dan makna. Narasumber menekankan dalil “Iqra’ — bacalah dengan nama Tuhanmu.” sebagai instruksi untuk membaca data, membaca zaman, dan membaca kehidupan adalah satu kesatuan. Kurikulum yang baik lahir dari kemampuan membaca realitas dengan nur ilahi, bukan sekadar analisis statistik.
Bagi mahasiswa PAI UNJ, pengalaman ini menjadi titik balik pemahaman: kurikulum bukan dokumen administratif, melainkan napas pendidikan. Di dalamnya ada nilai, arah, dan tanggung jawab peradaban. Melalui bimbingan para dosen pengampu, mahasiswa belajar bagaimana mengolah data menjadi dasar keputusan kurikuler, dan bagaimana nilai-nilai Islam memberi ruh pada setiap strategi pembelajaran.
Kegiatan praktisi mengajar ini mempertemukan dunia akademik dengan dunia nyata, menumbuhkan sikap reflektif dan inovatif dalam diri mahasiswa calon pendidik. Dari ruang Zoom hingga ruang hati, para peserta belajar bahwa menjadi pengembang kurikulum berarti menjadi penjaga arah — agar pendidikan Islam tetap relevan, bernilai, dan memanusiakan manusia.