Mahasiswa Difabel Netra PAI UNJ Belajar Mandiri Melalui Orientasi Mobilitas Transportasi Umum

Sabtu pagi, 4 Oktober 2025, suasana kampus Universitas Negeri Jakarta terasa lebih hidup dari biasanya. Sejak pukul 09.00 WIB, sekelompok mahasiswa difabel netra Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), bersiap mengikuti kegiatan Orientasi Mobilitas Pengenalan Transportasi Umum—sebuah pelatihan lapangan untuk menumbuhkan kemandirian dan keberanian bermobilitas di ruang publik.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Mahasiswa Tunanetra Mandiri (MTM) dan mendapat dukungan penuh dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum melalui penyediaan konsumsi bagi peserta dan pendamping. Tak hanya itu, kegiatan ini juga disponsori oleh dana Riset Kolaborasi LPTK Indonesia (RLKI), sebagai bentuk nyata sinergi riset dan praktik pembelajaran inklusif di perguruan tinggi.

Sejak pagi, peserta memulai latihan di area FISH dan ruang kelas 106. Salah satunya, Radit, tampak antusias saat berlatih menggunakan tongkat, mengikuti jalur paving block kuning, serta belajar mengisi saldo e-money secara mandiri. Setelah itu, dilakukan briefing untuk menjelaskan rute perjalanan, aturan keselamatan, dan prinsip kemandirian selama kegiatan.

Perjalanan dimulai dari Halte Rawamangun, menaiki Transjakarta menuju Halte Manggarai, lalu berpindah ke stasiun KRL untuk naik kereta menuju Stasiun Sudirman. Dari sana, rombongan melanjutkan perjalanan dengan MRT Jakarta dan turun di Stasiun ASEAN, sebelum kembali ke kampus dengan Transjakarta arah UNJ.

Suasana selama perjalanan penuh semangat dan keceriaan. Radit tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. “Wahhh naik Transjakarta!” serunya riang. Fadhila mengaku, “Seru banget, walau pegel, tapi puas banget bisa jalan sendiri.” Sementara Zaidan menambahkan, “Senang banget ketemu teman baru dan belajar bareng di jalan.”

Menariknya, kegiatan ini juga didampingi oleh para pengurus BEMP PAI yang ikut berperan aktif mendampingi peserta dengan semangat luar biasa—meski, seperti diakui beberapa di antara mereka, rasa deg-degan sempat menyelimuti di awal kegiatan. Namun seiring perjalanan, semangat kebersamaan tumbuh kuat. Pendamping hanya diperkenankan mengawasi dari jauh tanpa membantu secara langsung, memberi ruang bagi mahasiswa difabel untuk benar-benar melatih kemandirian dan kepercayaan diri mereka.

Koordinator Program Studi PAI UNJ menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi langkah nyata mewujudkan pendidikan agama Islam yang inklusif. “Kami ingin menunjukkan bahwa pembelajaran sejati bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga di jalan, di halte, dan di stasiun—di mana mahasiswa belajar berani mengambil arah hidupnya sendiri,” ujarnya.

Kegiatan ini membuktikan bahwa inklusivitas bukan sekadar konsep, melainkan aksi nyata yang hidup di kampus. Dengan dukungan fakultas, semangat mahasiswa, serta kolaborasi riset nasional RLKI, orientasi mobilitas ini menjadi simbol bahwa mahasiswa difabel bukan hanya mampu menyesuaikan diri, tetapi juga mampu memimpin langkahnya sendiri.

Dari jalur kuning menuju halte, dari stasiun hingga ruang kelas, setiap langkah hari itu adalah langkah menuju kemandirian. Sebuah bukti bahwa keterbatasan tidak pernah menjadi penghalang untuk bergerak maju—selama ada arah, keberanian, dan keyakinan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Company

Our ebook website brings you the convenience of instant access to a diverse range of titles, spanning genres from fiction and non-fiction to self-help, business.

Features

Most Recent Posts

eBook App for FREE

Lorem Ipsum is simply dumy text of the printing typesetting industry lorem.

Category

Company

About Us

FAQs

Contact Us

Terms & Conditions

Privacy Policy

Features

Copyright Notice

Mailing List

Social Media Links

Help Center

Products

Sitemap

New Releases

Best Sellers

Newsletter

Contact us

Mailing

Privacy Policy

Mailing List

© 2025 Islamic Religious Education Departement