Selasa, 25 November 2025, Aula Latief Hendraningrat UNJ dipenuhi cahaya prestasi dan getar spiritual. Penutupan Muslim Culture Festival (MCF) tidak hanya menjadi akhir rangkaian lomba, tetapi juga menjadi puncak perayaan intelektual, seni, dan religiusitas generasi muda Islam.
Acara diawali dengan pengumuman para juara. Dari MTQ, MHQ, Da’i, Banjari, Debat, Kaligrafi, hingga Esai, satu per satu nama dipanggil. Mereka datang dari UNJ, UPI, UMY, UIN Jakarta, Binus, Universitas Terbuka, hingga sekolah-sekolah Islam dan negeri. Prestasi ini menegaskan satu pesan kuat: talenta Islam muda tumbuh merata, berkualitas, dan kompetitif. Selain itu pula, disuguhkan penampilan tari saman, hadrah dan juga musik gambus.
Puncak kemuliaan hadir dalam Gema Shalawat UNJ (GSU)—acara unggulan BEMP PAI yang tahun ini tampil lebih megah karena berkolaborasi langsung dengan Universitas. Sinergi ini mengubah GSU menjadi panggung spiritual kampus yang sesungguhnya. Mahasiswa, dosen, pimpinan universitas, dan tamu undangan larut dalam satu irama shalawat.
Ketika Kyai Dr. Aqil Siradj naik ke mimbar, suasana berubah hening dan khusyuk. Tausiyah dan doa beliau menyatukan prestasi dengan keikhlasan, kompetisi dengan ketundukan, dan kecerdasan dengan ketawadhuan. Di titik ini, MCF dan GSU tidak lagi sekadar agenda tahunan. Ia menjelma menjadi ruang pertautan ilmu, seni, dakwah, dan cinta kepada Nabi.
BEMP PAI menunjukkan kepemimpinan yang matang. Mereka tidak hanya mengelola lomba. Mereka menghidupkan tradisi. Mereka merawat nilai. Dan melalui kolaborasi dengan Universitas, GSU 2025 tampil sebagai bukti bahwa gerakan mahasiswa yang didukung institusi akan melahirkan dampak yang jauh lebih besar.
Muslim Culture Festival 2025 ditutup dengan shalawat; Ditutup dengan doa; Ditutup dengan harapan. Bukan sebagai akhir. Tetapi sebagai awal bagi lahirnya generasi Qur’ani, intelektual, dan berakhlak untuk Indonesia.




